Berkisah tentang seorang pria asal
Yogyakarta yang bekerja dibagian administrasi dan sepertinya memiliki
Faktor X yang bisa membuatnya terkenal. Dia juga sebenarnya ingin sekali
menulis sebuah artikel di sebuah majalah wanita (?!). ditambah adanya
bos cewek jomblo yang galak dan hobinya mens, sehingga marah-marah mulu
si bos. Dan pada akhirnya mereka berdua… jatuh cinta.
Film
ini menambah deretan panjang film-film komedi yang entah kenapa tidak
memberikan satupun sesuatu yang membuat gua menambahkan drajat perfilm
Indonesia. Memang sih Indonesia sedang bangkit dari keterpurukan karena
sepinya film. Dan sekarang Indonesia kembali bangkit dengan serbuan
film-film terbarunya. Tapi sayangnya kebanyakan dari film-film ini tidak
membuat gua bangga menjadikan film Indonesia bagus. Mungkin salah satu
dari kelamahan film ini adalah klimaksnya yang tidak diketahui dimana
tempatnya. Sebagai sebuah film, seharusnya menganut apa yang disebuat
tingkatan alur. Dimana pada sebuah film pastinya ada yang disebut
klimaks. Namun sayangnya gua tidak menemukan klimas pada film ini. Atau
memang film ini sengaja dibuat tanpa klimaks dan dengan ending yang agak
menggantung.
Segi Akting, Marsha Timothy bermain standar dalam film ini sehingga dia tidak perlu ditimpuki oleh pot, maupun dibelikan BH terbaru. Ada beberapa adegan dimana ia berakting baik, namun ada juga beberapa adegan yang dia tidak mengeluarkan performa yang terbaik. Tora sudiro sama saja, aktingnya boleh dibilang aman. Hebatnya dia berhasil lepas dari imagenya dalam film Quickie Express dan menampilkan karakter sebagai orang jawa dan lugu. Tukul, bermain cukup baik disini. Walaupun ada beberapa adegan dimana kualitas aktingnya masih dibawah rata-rata. Tapi itu wajar lah bagi seorang pemula. Penampilan dia berhasil membuat semua penonton tertawa. Apa lagi dengan nama perannya yang notabene sangat bertolak belakang dengan muka. Beda muka dengan nama jauh bangetz! (pake Z).
Segi gambar, nothing good. Tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan dalam pengambilan gambar. Mungkin si film maker hanya berfokus pada alur ceritanya aja kali sehingga seni pada gambarnya jadi tidak terfokus.
Overal film ini cocok buat ditonton iseng-iseng (jika film bagus sedang tidak ada). Dari pada bete atau terjebak menonton film-film yang kualitasnya lebih buruk. Mendingan nonton film ini, disamping menghibur ada tukulnya lagi. Hehehe…
Score : 6 / 10
(next.. for the sequel… Otomatis Kawin, Otomatis Beranak, Otomatis Cerai, Otomatis Mampus aja lo sana)
Belum ada komentar pada Artikel : "Film : Otomatis Romantis" | Jadilah yang pertama memberikan komentar pada postingan ini : )
Post a Comment