Pages

January 27, 2010

Film : Rumah Dara [Review]

Pictures taken from : www.rumahdara.com
She's Bringin' Horror Back...
Rumah Dara, salah satu film yang gua tunggu kehadirannya dilayar lebar. Karena sebelumnya gua sudah melihat Dara, yang tersangkut di Antologi film--Takut. Alasan kenapa gua tertarik nonton film Rumah Dara adalah karena gua suka film pendeknya. Dan alasan kenapa gua termotivasi menonton film pendeknya adalah karena omongan dari sebuah forum yang mengatakan bahwa film Dara adalah film yang berbeda dari horor indonesia sekarang ini. Dan terbukti film pendek Dara tidak mengecewakan. Setelah bersabar lebih dari setahun akhirnya gua bisa duduk disebuah kursi bioskop XXI dan menyaksikan film Dara versi panjangnya... Rumah Dara. Seperti yang gua sampaikan pada preview sebelumnya, ketika film ini masih terasa sangat eksklusif, bahwa Rumah Dara memiliki plot yang berbeda dari film pendeknya. Dan sebenarnya sih agak kecewa dengan perubahan plot ini karena gua sudah terlanjur suka dengan konsep Dara sebagai pemilik restoran daging manusia. Pernah cerita ke salah satu temen tentang film pendek Dara dan dia berkomentar. "Kaya Sweeney Todd, ya?!" Well, poor me karena gua juga belum menyaksikan film Sweeney Todd, jadi gua belum bisa membandingkan film ini dengan filmnya si Johnny Depp itu. Kembali ke masalah plot, jika di film pendek berkisah mengenai seorang Dara yang mengelola sebuah restoran dimana para pelanggannya tidak tahu bahwa setiap irisan daging yang mereka potong adalah daging manusia. Pengkanibalismean secara tidak langsung. Terbukti bahwa daging manusia itu enak banget, keliatan kok dari ekspresi para pelanggan yang suka akan daging manusia olahan si Dara itu. Sementara di Rumah Dara, restoran ditinggalkan dan berganti kesebuah daerah di pelosok. Awalnya 6 orang sahabat yang hendak kembali ke Jakarta dikejutkan dengan seorang wanita pucat yang tiba-tiba berdiri didepan mobil mereka. Wanita itu mengaku dirampok. Tampangnya yang begitu kasihan dan memelas membuat keenam sahabat ini setuju untuk mengantarkan wanita bernama Maya ini ke rumahnya, yang kebetulan searah dengan rute perjalanan mereka. Setelah tiba dirumah ke enam sahabat itu dijamu makan oleh sang pemilik rumah, Ibu Dara. Yaaa... gua rasa sih sampai disini aja sih ceritanya, karena abis itu yang kalian liat hanya darah, darah, darah dan pembantaian. Film ini memberikan nuansa baru dan definisi baru bagi masyarakat indonesia akan sebuah Horor. Bahwa horor bukan hanya penampakan pocong atau kuntilanak atau sundel bolong atau Dewi Persik mandi atau Julia Peres Topless. Bahwa horor adalah manusia! dimana mereka adalah sosok yang nyata, yang harusnya lebih ditakuti dari pada setan tak berjasad, yang sebenarnya jauh mengerikan dari wajah penuh belatungnya si pocong. Karena manusia mampu dan memiliki kapasitas untuk menjadi iblis. Dan iblis turun ke bumi dalam wujud Dara, ibu yang membawa horor ketingkat yang lebih mengerikan. Dara membuat nafas berhenti, membuat mata menutup ngeri dan wanita menjerit takut. Dan Dara tidak sendiri...Ada anak-anaknya yang dari segi penampilan tidak jauh beda dari induknya. Mereka seperti memiliki umur yang tidak jauh beda satu sama lain. Maka tersebutlah Adam, sesosok pria yang kembali menegaskan kalimat "Pria tampan itu biasanya berbahaya." Wajahnya yang tampan dan misterius gak diragukan lagi sanggup membuat para cewek klepek-klepek. Namun dia juga mampu membuat istilah klepek-klepek bukanlagi sebuah kata yang lucu. Karena dia mampu membantai, dan dia menikmati membunuh. Lalu Maya, si gadis pengumpan. Dia lah yang membawa 6 orang itu ke rumah pembantai. Wajahnya cantik, namun cantik itu membunuh. Dan ini terbukti secara harafiah. Karena setelah itu wajah kasihannya akan berubah menjadi sebuah senyuman psikopat. Dan terakhir Arman, inilah sosok yang mengingatkan kita pada kenyataan bahwa biarpun berdarah dingin tapi seorang pembunuh juga mempunyai nafsu birahi. Kalo dilihat dari segi cerita dan output Rumah Dara jika disandingkan dengan film internasional lainnya, maka Rumah Dara tidak berbeda dengan film-film macam Hostel, SAW dan Texas Chainswa Massacre. Namun jika disandingkan dengan film horor indonesia yang ada sekarang, maka film ini melambung jauh diatas lainnya. Rumah Dara membuat seolah film lain dibuat oleh sekumpulan Anak SMA yang sedang belajar bikin film. Tingkat kesulitan yang dibuat film ini cukup tinggi dimana untuk menghasilkan spesial efek mengerikan seperti itu tidaklah mudah. Kepala terpotong, tangan, tusuk-musuk, mencabut pedang yang tertancap di tubuh bukanlah hal yang mudah untuk sebuah film. Dan Rumah Dara berhasil membuktikan bahwa anak Indonesia sanggup melakukannya. Segi Akting, Shareefa Danish yang menjadi sang Ibu Dara berperan cukup baik dalam film ini. Walaupun cara berbicaranya agak kurang konsisten dimana gua mendengar sedikit cacat pada intonasi berbicaranya. Namun lepas dari pada itu dia berhasil menghidupkan sang Iblis. Dia meresapi sosok Dara dan mengidentifikasikan dirinya sebagai Dara. Dia Berhasil, nggak heran dia diganjar penghargaan Best Actrees di Puchon International Fantastic Film Festival 2009. Lalu Arifin Saputra yang berperan sebagai Adam juga harus diacungin jempol karena dia berhasil membawakan karakter sebagai pria dingin dan kejam dengan baik. Jangan harap kalian melihat senyum ala sinetronnya Arifin, disini kalian pasti berharap jangan sampai berada 1 meter didekatnya. Oke, gua hanya tertarik pada dua tokoh diatas, karena merekalah yang berhasil mendapatkan seluruh perhatian gua. Tokoh lainnya juga bermain bagus walaupun ada yang tidak, namun yang paling bikin gua salut yang si Dara dan si Adam. Merekalah tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang kuat. Segi pengambilan gambar, gua suka dengan penggunakan hand held kamera sehingga membuat gua merasakan guncangan kengerian yang dihadirkan dalam film ini. Tensi ketegangan dan rasa takut berhasil dihadirkan dengan teknik pengambilan gambar seperti ini. Tidak seperti film horor terdahulu yang gua akuin memiliki gambar indah tapi kurang cocok untuk sebuah film horor. Atau setidaknya gua belum bisa menemukan korelasi yang asyik antara sinematografi indah dengan kengerian sebuah horor. Tapi yang jelas di film ini gua menikmati setiap gambar yang tersajikan. Dan heeeei... ini pake kamera apaan sih, gua suka nih film yang menggunakan kamera dengan hasil gambar seperti ini. Ya walaupun hasilnya tidak seperti output film-film hollywood tapi ini pun sudah lebih cukup untuk membawa film horor ini ke taraf high class. Gambarnya tidak sama dengan gambar2 film horor kebanyakan yang membuat kita sepertinya menonton sinetron dalam layar besar. Great picture! Namun biarpun begitu, bukan sebuah resensi jika tidak mengungkapkan kelemahan-kelemahan di film ini. Ada beberapa kelemahan yang cukup mengganggu kalo gua bilang. Seperti gambar yang walaupun gua bilang bagus namun kurang sempurna. dimana ada beberapa bagian dimana kepala sang tokoh terlalu dekat dengan sisi atas layar sehingga pas gua saksikan dilayar kepala mereka tidak kelihatan. Cukup mengganggu karena gua akhirnya tidak bisa melihat bagaimana ekspresi para tokoh karena kepala mereka terpotong kain hitam disisi atas layar. Jika di layar TV mungkin bagus namun berbeda hasilnya jika dibioskop yang proyeksionisnya kurang profesional. Lalu penyensoran... Eaaarghh... inilah yang membuat gua semakin benci pada LSF. Kenapa sih film yang sudah diberi rating untuk DEWASA, dimana tidak ada anak-anak yang menyaksikan, adegan-adegan sadis seperti kepala buntung masih saja dipotong. Ayolah pak tua, kita sudah dewasa dan tau mana yang baik dan tidak. Jangan samakan kita dengan anak SD dimana tayangannya harus diperiksa dulu supaya aman. Kita kan bukan anak SD! Berharap saja DVD Rumah Dara versi internasionalnya dirilis agar gua bisa menyaksikan gambar-gambar NO SENSOR! Dan pada akhirnya gua mengatakan bahwa film ini adalah sebuah film yang harus ditonton oleh penonton indonesia yang sudah haus akan film horor yang berbeda. Karena kita sudah tahu bahwa Horor + Dewi Persik bukanlah sebuah formula yang bagus untuk disajikan. Namun Rumah Dara adalah sebuah obat yang efeknya langsung meresap. Karena pembantaian berdarah adalah sajian utama di film ini. Well, biarpun begitu film ini bukanlah film biasa yang bisa ditonton segala kalangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa dan sanggup menyaksikan film ini. Karena berumur 18 tahun saja bukanlah modal yang cukup untuk menonton pembantaian. Lalu seperti kata si ini dan si itu bahwa film ini akan dijadikan trilogi dimana ada Prequel dan sequel. Sebuah formula yang cukup bagus untuk sebuah trilogi. Semoga untuk film berikutnya sanggup menghasilkan kengerian yang lebih baik dari yang sekarang. Karena yang kita inginkan untuk film jenis film ini ya selain cerita yang bagus tapi juga kengerian tingkat lanjut. Kerja yang bagus untuk Mo Brothers karena telah membawa Dara ke depan layar dan menyajikan tontonan yang luar biasa. Horor telah menemukan sosok ibu dan horor telah kembali ke pangkuan ibu. Dan Ibu Dara akan merawat horor seperti anaknya sendiri dan dengan caranya sendiri... mengerikan! Rumah Dara / Darah / Macabre Directed By : MO Brothers Screenplay By : MO Brothers Produced By : Delon Tio (Nation Pictures and Merah Production) Genre : Action Survival Thriller Studio : Merah Production, Guerilla Visuals, Nation Pictures, Gorylah Pictures Cast :
  • Julie Estelle
  • Shareefa Daanish
  • Michael Lucock
  • Ario Bayu
  • Sigi Wimala
  • Imelda Therine
  • Arifin Putra
  • Daniel Mananta
  • Dendi Subangil
  • Ruli Lubis
  • Aming
Official Website : Rumah Darah Official Facebook : Rumah Dara
Score : 8 / 10

Dara telah membuat Horor kembali ke jalan yang benar. Amin.

Related Posts...

Belum ada komentar pada Artikel : "Film : Rumah Dara [Review]" | Jadilah yang pertama memberikan komentar pada postingan ini : )

Post a Comment